K I T A B   S U C I
Temukan di Google Play
[VER] : [KITABSUCI]
[TAURAT]  [ZABUR]  [INJIL] 
[ARTIKEL]

<<  Air yang Mendatangkan Berkah >> 
Halaman 6

Pembinaan/Taskiyah

Nabi Yunus: Disiplin bagi Hamba Allah yang Kilaf/Ingkar kepada Jalan Allah.

Allah mendisiplinkan Nabi Yunus dengan mengirimkan badai dan seekor ikan raksasa untuk mendorong Nabi Yunus kembali ke jalan yang benar. Badai ini menunjukkan kuasa Allah kepada orang-orang lain yang belum beriman, yang mengamati kejadian tersebut.

Surah Yunus

1:1Firman ALLAH turun kepada Yunus bin Amitai demikian, 2”Pergilah segera ke Niniwe, kota yang besar itu, dan berserulah menentang kota itu karena kejahatannya telah Kujadikan perhatian-Ku.”

3Akan tetapi, Yunus lekas-lekas melarikan diri ke Tarsis, menjauhi hadirat ALLAH. Ia pergi ke Yafo dan mendapati sebuah kapal yang akan berlayar ke Tarsis. Kemudian, setelah membayar biaya perjalanannya, masuklah ia ke kapal itu untuk berlayar bersama orang-orang lain ke Tarsis, menjauhi hadirat ALLAH.

4Maka ALLAH menurunkan angin ribut ke laut itu, lalu terjadilah badai besar sehingga kapal itu hampir pecah. 5Para awak kapal pun menjadi takut lalu berseru kepada dewanya masing-masing. Mereka membuang barang-barang muatan ke laut untuk meringankan kapal itu. Sementara itu Yunus turun ke ruang paling bawah dalam kapal itu, lalu ia berbaring di sana dan tertidur lelap. 6Ketika nakhoda kapal turun dan mendapatkan Yunus, berkatalah ia kepadanya, “Bagaimana engkau dapat tidur nyenyak begini? Bangunlah! Berserulah kepada Tuhanmu! Mungkin Tuhan itu sudi mengingat kita sehingga kita tidak binasa.”

7Orang-orang berkata satu sama lain, “Mari kita buang undi supaya kita tahu karena siapa malapetaka ini menimpa kita.” Lalu mereka membuang undi, dan Yunuslah yang terkena undi.

8Berkatalah mereka kepadanya, “Beritahukanlah kepada kami, karena siapa malapetaka ini menimpa kita? Apa pekerjaanmu? Dari mana asalmu? Apa negerimu dan dari bangsa mana engkau ini?”

9Jawabnya kepada mereka, “Aku ini orang Ibrani. Aku bertakwa kepada ALLAH, Tuhan semesta langit, yang menjadikan lautan dan daratan.”

10Orang-orang itu pun menjadi sangat takut lalu berkata kepadanya, “Apa yang telah kaulakukan?” Mereka tahu bahwa Yunus melarikan diri dari hadirat ALLAH, sebab begitulah ia memberitahukannya kepada mereka.

11Kemudian, karena laut semakin bergelora, bertanyalah mereka kepadanya, “Apa yang harus kami lakukan terhadap engkau, supaya laut menjadi teduh bagi kami?”

12Jawabnya kepada mereka, “Angkatlah aku dan campakkanlah aku ke laut, maka laut akan menjadi teduh bagimu. Aku tahu bahwa karena akulah badai besar ini menimpa kamu.”

13Orang-orang itu mendayung sekuat tenaga untuk kembali ke darat, namun mereka tidak sanggup karena laut semakin bergelora menyerang mereka. 14Sebab itu berserulah mereka kepada ALLAH, “Ya ALLAH, janganlah kiranya Kaubiarkan kami binasa karena nyawa orang ini. Janganlah Kautanggungkan atas kami darah orang yang tak bersalah, karena Engkau, ya ALLAH, telah melakukan apa yang Kaukehendaki.” 15Kemudian mereka mengangkat Yunus dan mencampakkannya ke laut. Lalu berhentilah amukan laut itu. 16Orang-orang itu menjadi sangat takut kepada ALLAH. Mereka pun mempersembahkan kurban sembelihan kepada ALLAH, serta mengucapkan nazar.

17Kemudian atas penentuan ALLAH, seekor ikan besar menelan Yunus, dan Yunus tinggal dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya.

2:1Berdoalah Yunus kepada ALLAH, Tuhannya, dari dalam perut ikan itu. 2Katanya,

“Aku berseru kepada ALLAH dalam kesesakanku, dan Ia menjawab aku. Aku berteriak dari dalam perut alam kubur, dan Engkau mendengar suaraku. 3Engkau telah mencampakkan aku ke tempat yang dalam di tengah lautan, dan arus-arus air melingkupiku. Segenap gelombang dan ombak-Mu melandaku. 4Kataku, ‘Aku telah terhalau dari depan mata-Mu. Namun, aku akan memandang lagi ke arah bait-Mu yang suci.’ 5Air laut mengelilingi aku, mengancam nyawaku, samudera melingkupi aku, dan ganggang laut membelit kepalaku. 6Aku tenggelam ke dasar gunung-gunung, palang-palang pintu bumi menyekat aku untuk selama-lamanya. Akan tetapi, Kaubawa nyawaku naik dari dalam lubang kubur, ya ALLAH, ya Tuhanku. 7Ketika jiwaku letih lesu di dalam diriku, aku teringat kepada ALLAH, dan doaku sampai kepada-Mu, ke bait-Mu yang suci. 8Mereka yang berpegang teguh kepada berhala yang sia-sia, menolak rahmat yang tersedia bagi mereka. 9Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan kurban kepada-Mu, dan akan kubayar apa yang kunazarkan. Keselamatan adalah dari ALLAH!” 10Kemudian atas perintah ALLAH, ikan itu memuntahkan Yunus ke darat.

3:1Untuk kedua kalinya, turunlah firman ALLAH kepada Yunus demikian, 2”Pergilah segera ke Niniwe, kota yang besar itu, dan sampaikanlah kepada penduduknya seruan yang Kufirmankan kepadamu.”

3Yunus pun bersegera pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman ALLAH. Niniwe adalah sebuah kota yang luar biasa besarnya, tiga hari perjalanan luasnya. 4Yunus mulai memasuki kota itu sejauh sehari perjalanan, lalu ia berseru, “Empat puluh hari lagi Niniwe akan ditunggangbalikkan!”5Orang Niniwe percaya kepada Allah. Mereka mengumumkan puasa, dan mereka semua, dari yang besar sampai yang kecil, mengenakan kain kabung.

6Ketika kabar itu sampai kepada raja Niniwe, bangkitlah ia dari takhtanya. Ditanggalkannyalah jubahnya, diselubunginya dirinya dengan kain kabung, lalu duduk di abu. 7Kemudian, melalui suatu ketetapan raja serta para pembesarnya, ia menyerukan dan memaklumkan: “Baik manusia maupun ternak, kawanan lembu atau kawanan kambing domba, tidak boleh makan sesuatu pun, merumput, ataupun minum air. 8Tetapi hendaklah semuanya, baik manusia maupun ternak, berselubungkan kain kabung. Hendaklah setiap orang berseru kuat-kuat kepada Allah, dan hendaklah masing-masing bertobat dari perilakunya yang jahat serta dari kekerasan yang dilakukannya. 9Siapa tahu Allah akan memberi ampun dan berbelaskasihan, serta berpaling dari murka-Nya yang menyala-nyala, sehingga kita tidak binasa.”

10Ketika Allah melihat perbuatan mereka, yaitu bagaimana mereka bertobat dari perilaku mereka yang jahat, maka berbelaskasihanlah Allah sehingga Ia tidak jadi mendatangkan malapetaka atas mereka seperti yang dikatakan-Nya.

4:1Akan tetapi, hal itu sangat mengesalkan hati Yunus, lalu marahlah ia. 2Ia berdoa kepada ALLAH, katanya, “Ya ALLAH, bukankah hal ini telah kukatakan selagi aku masih di negeriku? Itulah sebabnya dahulu aku melarikan diri ke Tarsis. Aku tahu bahwa Engkaulah Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih, serta yang berbelaskasihan sehingga tidak jadi mendatangkan malapetaka. 3Maka sekarang, ya ALLAH, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati daripada hidup.”

4Tetapi firman ALLAH, “Pantaskah engkau marah?”

5Yunus keluar dari kota itu lalu duduk di sebelah timurnya. Dibuatnya sebuah pondok di situ lalu duduklah ia di bawah naungannya untuk melihat apa yang akan terjadi dengan kota itu.

6Kemudian atas penentuan ALLAH, Al-Khalik, tumbuhlah sebatang pohon jarak menaungi kepala Yunus untuk meredakan kekesalan hatinya. Yunus sangat gembira karena pohon jarak itu. 7Tetapi keesokan harinya saat fajar menyingsing, atas penentuan Allah seekor ulat menggerogoti pohon jarak itu sampai layu. 8Pada waktu matahari terbit, atas penentuan Allah pula bertiuplah angin timur yang panas terik, sehingga sinar matahari menyakiti kepala Yunus. Ia menjadi lemah lesu dan memohon untuk mati saja, katanya, “Lebih baik aku mati daripada hidup!”

9Namun, Allah berfirman kepada Yunus, “Pantaskah engkau marah karena pohon jarak itu?”

Jawabnya, “Aku pantas marah sampai mati!”

10Allah pun berfirman, “Engkau sayang kepada pohon jarak itu, padahal sedikit pun engkau tidak berjerih lelah untuknya dan tidak menumbuhkannya. Pohon itu tumbuh dalam satu malam dan mati dalam satu malam pula. 11Bagaimana Aku tidak sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu? Di dalamnya terdapat lebih dari 120.000 orang, yang tidak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, beserta ternaknya yang banyak.”

Allah menggunakan badai, ikan besar, pohon jarak, bahkan benda apa saja untuk mendidik manusia. Di laut, Nabi Yunus dididik untuk taat dan berbelas kasihan dan menjadi berkah yang menyalurkan anugerah Allah kepada orang-orang lain. Apa yang ditetapkan oleh Allah tidak dapat dibantah oleh manusia.

Permulaan Mujizat Isa: Air Diubah Menjadi Air Anggur, Saat Membangun Imannya Para Pengikut Isa

Al-Injil, Surah Yahya 2:1-11

2:1Pada hari yang ketiga ada pernikahan di kota Kana, di wilayah Galilea, dan ibu Isa ada di situ. 2Isa dan para pengikut-Nya diundang juga ke pernikahan itu. 3Ketika air anggur kurang, ibu Isa berkata kepada-Nya, “Mereka kehabisan anggur.” 4Sabda Isa kepadanya, “Wahai Ibu, janganlah Ibu menyuruh Aku. Waktu-Ku belum tiba.” 5Kata ibu Isa kepada para pelayan, “Perbuatlah apa yang dikatakan-Nya kepadamu.” 6Di situ ada enam buah tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat bani Israil. Tiap-tiap tempayan dapat memuat kira-kira seratus liter air. 7Sabda Isa kepada para pelayan itu, “Isilah tempayan-tempayan ini dengan air.” Lalu mereka mengisi tempayan-tempayan itu dengan air sampai penuh. 8Kemudian sabda-Nya kepada mereka, “Sekarang ambillah sedikit dan bawalah kepada pemimpin perjamuan.” Lalu mereka pun membawanya. 9Setelah pemimpin perjamuan mengecap air yang telah dijadikan air anggur itu, ia pun memanggil mempelai laki-laki. Ia tidak mengetahui dari mana air anggur itu berasal, tetapi para pelayan yang mengambil dan membawa air itu mengetahuinya. 10Lalu ia berkata kepada mempelai laki-laki itu, “Semua orang menghidangkan air anggur yang baik lebih dahulu dan apabila orang sudah puas minum, barulah dihidangkan yang kurang baik. Tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.”

11Hal itu dilakukan Isa di kota Kana, wilayah Galilea, sebagai permulaan dari tanda-tanda ajaib-Nya. Melalui hal itu, Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan para pengikut-Nya pun menjadi percaya kepada-Nya.

Nabi Isa: Mujizat Air Saat Memanggil Para Pengikut Isa

Nabi Isa menggunakan mujizat di danau untuk membangun iman pada orang-orang yang menjadi para pengikutnya. Setelah mereka melihat mujizat Isa, mereka meninggalkan hal-hal materi untuk mengikutnya. Hal penting ialah mengikuti Isa, bukan materi.

Al-Injil, Surah Lukas 5:1-11

5:1Pada suatu hari, Isa berdiri di tepi Danau Galilea dan orang banyak berdesak-desakan mengerumuni-Nya untuk mendengarkan Firman Allah. 2Isa melihat dua perahu yang ditambatkan di tepi danau, tetapi para nelayannya sudah turun dan sedang membersihkan jala mereka. 3Isa naik ke salah satu perahu itu, yaitu perahu milik Simon, lalu meminta Simon untuk mendorong perahu itu sedikit jauh dari pantai. Setelah duduk, Ia pun mengajar orang banyak itu dari perahu. 4Setelah selesai berbicara, Isa bersabda kepada Simon, “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebar-kanlah jalamu untuk menangkap ikan.” 5Simon menjawab, “Tuan, kami sudah bekerja keras sepanjang malam, tetapi tidak satu ikan pun didapat. Tetapi karena Tuan yang menyuruh, maka hamba akan menebarkan jala juga.” 6Lalu mereka menebarkan jala mereka dan menangkap banyak sekali ikan sehingga jala itu mulai koyak. 7Maka mereka memanggil teman-teman mereka yang di perahu lain supaya datang membantu, lalu teman-teman mereka itu datang dan mengisi kedua perahu itu penuh dengan ikan hingga hampir tenggelam. 8Setelah Simon Petrus melihat hal itu, sujudlah ia di depan Isa dan berkata, “Ya Junjungan, pergilah dariku, karena aku orang berdosa.” 9Simon berkata begitu sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengannya takjub akan banyaknya ikan yang mereka dapat. 10Teman-teman Simon, yaitu Yakub dan Yahya, anak-anak Zabdi, juga heran. Lalu sabda Isa kepada Simon, “Jangan takut. Mulai saat ini engkau akan menjala orang.” 11Setelah perahu-perahu itu dibawa ke darat, mereka meninggalkan semuanya lalu mengikut Isa.

Nabi Isa: Membangun Iman Pada Pengikut Isa dengan Mujizat Air

Nabi Isa sering menggunakan mujizat air untuk membina para pengikutnya.

Al-Injil, Surah Matius 8:23-27

8:23Setelah itu Isa naik ke perahu dan para pengikut-Nya pun mengikuti Dia. 24Tiba-tiba danau itu dilanda badai besar, sehingga perahu mereka terpukul ombak. Waktu itu Isa sedang tidur. 25Lalu para pengikut-Nya datang membangunkan Dia dan berseru kepada-Nya, “Ya Junjungan, selamatkanlah kami! Kita binasa!” 26Sabda Isa kepada mereka, “Mengapa kamu takut, hai kamu yang kurang percaya?” Lalu Ia bangun dan menghardik angin serta danau itu, sehingga menjadi teduh sekali. 27Mereka merasa heran lalu berkata, “Orang macam apa ini hingga angin dan danau pun menuruti perintah-Nya?”

Dalam badai itu Isa memperkenalkan sesungguhnya siapakah Isa itu. Cobaan ialah waktu yang tepat untuk memperkenalkan dirinya kepada orang-orang yang kurang percaya. Manusia kurang percaya ketika kita yang merasa sudah kenal kepada Isa. Oleh karena itu, Allah menggunakan badai dan mujizat air lain untuk memperkenalkan Isa.

Al-Injil, Surah Matius 14:22-33

14:22Sesudah itu Isa segera menyuruh para pengikut-Nya naik ke perahu untuk menyeberang mendahului-Nya. Bersamaan dengan itu Ia pun menyuruh orang banyak itu pulang. 23Setelah ia menyuruh mereka pulang, naiklah Ia ke atas gunung seorang diri untuk berdoa. Ketika malam hari tiba, Ia berada di sana sendirian. 24Sementara itu perahu para pengikut-Nya telah berada agak jauh dari pantai dan sedang diombang-ambingkan ombak, karena angin kencang menerpa mereka dari arah yang berlawanan. 25Menjelang subuh Isa mendatangi mereka dengan berjalan di atas air danau itu. 26Ketika para pengikut-Nya melihat Ia berjalan di atas air danau itu, mereka sangat terkejut dan berseru, “Itu hantu!” Kemudian mereka ber-teriak-teriak karena mereka merasa takut. 27Dengan segera Isa bersabda kepada mereka, “Tenanglah! Ini Aku, jangan takut!” 28Jawab Petrus kepada-Nya, “Jika benar Engkau, ya Junjungan, suruhlah aku datang kepada-Mu dengan berjalan di atas air juga.” 29Sabda Isa, “Kemarilah!” Petrus pun turun dari perahu, lalu berjalan di atas air mendekati Isa. 30Tetapi ketika ia merasakan tiupan angin, ia menjadi takut lalu mulai tenggelam. Kemudian berteriaklah ia, “Junjungan, selamatkanlah aku!” 31Isa pun segera mengulurkan tangan dan memegangnya. Setelah itu Ia bersabda kepadanya, “Hai engkau orang yang kurang percaya, mengapa hatimu bimbang?” 32Setelah keduanya naik ke perahu, angin pun menjadi teduh. 33Semua orang yang ada di perahu itu sujud di hadapan Isa. Mereka berkata, “Sesungguhnya Junjunganlah Al Masih, Sang Anak yang datang dari Allah.”

Nabi Isa: Mendidik Para Pengikut untuk Dilayani dan Melayani.

Air tidak selalu mengandung makna mujizat, tetapi juga sebagai lambang yang mengantar nilai-nilai inti yang harus menjadi milik para pengikut Isa. Setiap orang harus dibersihkan dari noda-noda, kemudian harus melayani sesama. Model kepemimpinan ini moral, berbeda dari pada model kepemimpinan duniawi.

Al-Injil, Surah Yahya 13:1-17

13:1Sebelum perayaan Paskah, Isa tahu bahwa sudah tiba waktunya Ia akan pergi dari dunia ini dan kembali kepada Bapa-Nya. Ia telah mengasihi orang-orang yang menjadi milik-Nya di dunia ini, dan Ia mengasihi mereka sampai pada kesudahannya. 2Ketika Isa dan pengikut-pengikut-Nya sedang makan malam, Iblis telah berhasil membujuk Yudas Iskariot bin Simon supaya ia menyerahkan Isa. 3Isa memang tahu bahwa Sang Bapa sudah menyerahkan segala perkara ke dalam tangan-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah serta harus kembali kepada Allah. 4Ia bangkit dan menanggalkan jubah-Nya, lalu mengambil sehelai kain dan mengikatkannya pada pinggang-Nya. 5Kemudian dituangkan-Nya air dalam sebuah bokor. Setelah itu mulailah Ia membasuh kaki para pengikut-Nya dan menyekanya dengan kain yang terikat di pinggang-Nya. 6Ketika Ia sampai pada Simon Petrus, berkatalah Simon kepada-Nya, “Ya Junjungan, apakah Junjungan akan membasuh kakiku juga?” 7Sabda Isa kepadanya, “Engkau tidak mengerti apa yang Kuperbuat ini sekarang, tetapi di kemudian hari engkau akan memahaminya.” 8Kata Petrus kepada-Nya, “Ya Junjungan, jangan sekali-kali membasuh kakiku!” Sabda Isa kepadanya, “Jika Aku tidak membasuh engkau, maka engkau tidak akan mendapat bagian bersama-sama dengan Aku.” 9Kata Simon Petrus kepada-Nya, “Ya Junjungan, kalau begitu jangan hanya kaki saja, tetapi tangan dan kepala juga.” 10Sabda Isa kepadanya, “Orang yang sudah mandi hanya perlu membasuh kakinya, sebab seluruh tubuhnya bersih. Kamu memang bersih, tetapi tidak semua.” 11Ia sudah tahu siapa yang akan mengkhianati-Nya. Itulah sebabnya Ia bersabda, “Tidak semua dari kamu bersih.”

12Setelah Isa membasuh kaki para pengikut-Nya, Ia mengenakan kembali jubah-Nya lalu duduk. Kemudian bersabdalah Ia kepada mereka, “Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat terhadapmu? 13Kamu menyebut Aku Guru dan Junjungan. Memang sepatutnyalah demikian, karena Aku adalah Guru dan Junjungan. 14Jadi, jika Aku, yang adalah Junjungan dan Guru, sudah membasuh kakimu, maka patutlah kamu juga membasuh kaki seorang akan yang lain. 15Aku sudah memberi teladan kepadamu, supaya kamu pun berbuat sebagaimana telah Kuperbuat terhadapmu. 16Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, seorang hamba tidak lebih besar daripada tuannya, dan seorang utusan tidak lebih besar daripada yang mengutusnya. 17Setelah kamu mengetahui segala perkara ini, berbahagialah kamu seandainya kamu melakukannya juga.

Al Hawari Pa’ul: Keberanian dan Ketenangan dalam Allah Sang Pelindung.

Sebuah bencana air dipakai oleh Allah untuk membina hambaNya, yang mengantar berita Injil kepada penduduk di sebuah pulau lain. Hamba itu memiliki keberanian dan ketenangan di tengah musibah pertama dan kedua.

Al-Injil, Surah Kisah Para Rasul 27:13-28:10

27:13Ketika angin sepoi-sepoi mulai bertiup dari arah selatan, mereka menyangka bahwa mereka dapat melaksanakan niat mereka. Karena itu mereka membongkar sauh lalu berlayar sedekat mungkin dengan pantai, menyusur pantai pulau Kreta. 14Tidak berapa lama kemudian, turunlah dari arah pulau itu angin badai yang disebut angin Timur Laut. 15Angin itu memukul kapal, dan karena tidak mungkin melawan angin, maka kami menyerah saja dan membiarkan kapal itu terapung-apung, terbawa oleh angin. 16Kami hanyut sampai ke se-belah selatan sebuah pulau kecil bernama Kauda. Di sana, dengan susah payah kami berhasil menguasai sekoci kapal. 17Setelah sekoci dinaikkan ke atas kapal, mereka berusaha memperkuat kapal itu dengan melilitnya dengan tali. Karena takut terdampar pada beting Sirtis, maka layar diturunkan dan kapal dibiarkan terapung. 18Karena kami diombang-ambingkan oleh angin badai itu, maka keesokan harinya para kelasi mulai membuang muatan ke laut. 19Hari berikutnya lagi, mereka membuang alat-alat kapal ke laut dengan tangan mereka sendiri. 20Beberapa hari lamanya matahari dan bintang pun tidak nampak serta angin badai yang dahsyat terus menghantam kapal kami sehingga akhirnya putuslah harapan kami untuk dapat selamat. 21Setelah beberapa waktu lamanya orang-orang tidak makan, Pa’ul berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata, “Saudara-saudara, seandainya Saudara-saudara sudah menuruti kata-kataku dan tidak berlayar meninggalkan Kreta, pasti kita tidak akan mengalami semua bencana dan kerugian ini. 22Tetapi sekarang aku mohon, tetaplah tabah! Karena, tidak seorang pun dari antaramu yang akan kehilangan nyawanya; hanya kapal ini saja yang akan hancur. 23Sebab, tadi malam malaikat dari Allah, yaitu Allah yang memilikiku dan yang kusembah, datang dan berdiri di dekatku serta berkata, 24‘Pa’ul, jangan takut. Tidak dapat tidak, engkau akan berdiri di hadapan Kaisar. Sesungguhnya, karena rahmat Allah, maka semua orang yang berlayar bersamamu di kapal ini akan selamat karena engkau.’ 25Oleh sebab itu, tetaplah tabah, Saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah bahwa apa yang dikatakan-Nya kepadaku itu akan terjadi. 26Tetapi kita pasti akan terdampar di sebuah pulau.” 27Pada malam yang keempat belas, ketika kami sedang terapung-apung di Laut Adria pada kira-kira tengah malam, awak kapal menyangka bahwa kapal telah mendekati daratan. 28Karena itu mereka mengulurkan batu duga lalu mendapati bahwa air di situ sedalam dua puluh depa. Setelah maju sedikit, mereka mengukur lagi dan ternyata air di situ lima belas depa dalamnya. 29Mereka takut kalau-kalau kapal akan kandas pada batu karang. Karena itu mereka membuang empat buah sauh dari buritan kapal serta berharap semoga hari akan segera siang. 30Para awak kapal berusaha lari meninggalkan kapal. Mereka menurunkan sekoci dan berpura-pura hendak membuang sauh dari haluan kapal. 31Tetapi Pa’ul berkata kepada perwira itu dan kepada prajurit-prajurit yang ada di situ, “Jikalau mereka ini meninggalkan kapal, Saudara-saudara pasti tidak akan selamat.” 32Maka prajurit-prajurit di kapal itu mengerat tali sekoci dan membiarkannya hanyut. 33Menjelang siang, Pa’ul mengajak semua yang di kapal itu supaya makan. Ia berkata, “Sekarang sudah genap empat belas hari lamanya Saudara-saudara terus saja menunggu-nunggu sambil menahan lapar karena tidak makan sedikit pun. 34Oleh sebab itu, aku menasihati Saudara-saudara, makanlah sesuatu agar dapat hidup. Karena tidak seorang pun di antaramu yang akan kehilangan rambut di kepalanya biar hanya sehelai.” 35Setelah berkata demikian, Pa’ul mengambil roti serta mengucap syukur kepada Allah di hadapan mereka semua, kemudian memecah-mecahkannya lalu mulai makan. 36Maka hati mereka semua menjadi bersemangat lagi dan mereka pun makan. 37Jumlah kami semua yang di kapal itu ada dua ratus tujuh puluh enam orang. 38Setelah semua makan sampai kenyang, mereka membuang muatan gandum ke laut supaya kapal menjadi ringan. 39Setelah hari mulai siang, para awak kapal melihat ada suatu teluk di situ yang pantainya rata. Mereka tidak mengenal daratan itu, tetapi mereka memutuskan serta berusaha supaya kapal itu terdampar di sana. 40Maka mereka melepaskan tali-tali sauh dan membiarkannya di dasar laut, sambil mengulurkan tali-tali kemudi dan memasang layar di bagian depan kapal itu supaya angin meniup kapal ke arah pantai. 41Akan tetapi, kapal itu melanggar busung pasir sehingga kandas. Haluan kapal tersuruk ke dalam pasir sehingga tak dapat bergerak, sedangkan buritannya hancur dihantam gelombang. 42Para prajurit di kapal itu bermaksud membunuh semua tahanan supaya jangan seorang pun di antara mereka yang berenang ke pantai dan melarikan diri. 43Akan tetapi, perwira itu ingin menyelamatkan Pa’ul. Karena itu ia mencegah mereka melakukan hal itu. Kemudian ia memerintahkan supaya semua yang dapat berenang, terjun terlebih dahulu ke laut dan berenang ke darat, 44disusul oleh yang lain dengan berpegang pada papan atau pecahan-pecahan kapal. Demikianlah kami semua sampai ke darat dengan selamat.

28:1Setelah kami sampai dengan selamat di pantai, barulah kami tahu bahwa pulau itu bernama Malta. 2Penduduknya sangat ramah kepada kami. Mereka menyalakan api dan mengajak kami ke situ karena hujan sudah mulai turun dan udara sangat dingin. 3Pa’ul mengumpulkan ranting-ranting dan meletakkannya ke dalam api. Karena panasnya, keluarlah seekor ular dan memagut tangan Pa’ul. 4Ketika penduduk pulau itu melihat ular itu tergantung pada tangan Pa’ul, mereka berkata satu sama lain, “Pasti orang ini pembunuh, karena Dewi Keadilan tidak membiarkan dia hidup sekalipun ia sudah terlepas dari bahaya di laut.” 5Tetapi Pa’ul mengebaskan ular itu ke dalam api tanpa mengalami kecelakaan apa pun. 6Semua orang yang ada di situ mengira tangannya akan bengkak atau sebentar lagi ia akan rebah dan mati. Akan tetapi, ketika mereka lama menunggu dan tidak melihat sesuatu bahaya terjadi pada Pa’ul, pikiran mereka berubah. Mereka berkata bahwa Pa’ul adalah dewa.

7Di daerah itu ada sebidang tanah, milik penguasa pulau itu yang bernama Publius. Ia menyambut kami dengan ramah dan menerima kami sebagai tamunya selama tiga hari di rumahnya. 8Ayah Publius sedang terbaring sakit demam dan disentri. Pa’ul masuk ke kamarnya lalu mendoakannya, kemudian meletakkan tangannya ke atasnya dan menyembuhkan dia. 9Setelah kejadian itu, banyak orang lain yang sakit di pulau itu datang kepada Pa’ul dan disembuhkan. 10Mereka sangat menghormati kami dan ketika kami berangkat untuk berlayar, mereka membawa naik ke kapal semua yang kami perlukan.