K I T A B   S U C I
Temukan di Google Play
[VER] : [KITABSUCI]
[TAURAT]  [ZABUR]  [INJIL] 
[ARTIKEL]

<<  Hakekat Puasa >> 
Halaman 6

Puasa dari Niat Hati yang Baik


Puasa yang tanpa hasrat, yang tanpa keinginan qalbu untuk mengenal Allah, taubat, dan taat, dipandang sia-sia oleh Allah dan tidak diterima-Nya, karena niatnya tidak baik. Puasa dari Niat Hati yang Baik dikenal melalui berbagai sifat kita selama puasa:


Puasa Kerajaan Surgawi

Puasa yang lahiriah mencenderungkan manusia kepada hal duniawi saja, di Kerajaan Dunia. Tetapi dalam Kerajaan Surga, hal ini sia-sia karena mereka sudah mencukupkan diri mereka dari balasan manusia dan bukan dari balasan Allah. Akan tetapi, Puasa Kerjaan Surgawai ialah puasa yang tidak mencari muka melainkan mendapatkan pahala yang banyak dari Allah.


KSI, Surah Matius

6:16"Demikian pula halnya pada waktu kamu berpuasa. Janganlah kamu berpuasa seperti orang-orang munafik. Mereka mengubah air muka mereka dan bermuka masam, supaya orang-orang dapat mengetahui bahwa mereka sedang berpuasa. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, mereka sudah mendapat pahalanya. 17Tetapi pada waktu engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan basuhlah mukamu. 18Dengan begitu, tidak ada yang dapat melihat bahwa engkau sedang berpuasa, kecuali Bapamu yang tidak kelihatan itu. Ia, yang melihat apa yang tidak kelihatan, akan membalas perbuatanmu."


Niat Hati yang Baik Itu Merendah

Puasa yang taat saja ialah sia-sia jikalau tidak disertai hati yang merendah. Allah meninggikan orang yang merendahkan dirinya.


KSI, Surah Lukas

18:9Lalu Isa Almasih menyampaikan lagi suatu ibarat kepada orang-orang yang merasa diri benar dan menganggap rendah orang lain. 10Sabda-Nya, "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa. Seorang di antaranya adalah orang dari mazhab Farisi dan yang lainnya adalah seorang pemungut cukai. 11Orang dari mazhab Farisi itu berdiri dan berdoa begini di dalam hatinya, 'Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu karena aku tidak seperti orang lain. Aku bukan perampas, bukan orang yang tidak adil, bukan pezina, dan bukan pula seperti pemungut cukai ini. 12Aku berpuasa dua kali seminggu dan aku pun mempersembahkan kepada Tuhan sepersepuluh dari penghasilanku.' 13Akan tetapi, pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh dan tidak berani menengadah ke langit. Sambil memukul-mukul dada tanda menyesal ia berkata, 'Ya Allah, kasihanilah aku, orang yang berdosa!' Aku berkata kepadamu, pemungut cukai itu pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan oleh Allah, bukan orang dari mazhab Farisi itu. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan. Tetapi sebaliknya, barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."


Niat Hati yang Baik Itu Tulus dan Iklas

Menjalankan ritual-ritual agama itu sia-sia jika tradisi itu bersifat lahiriah saja. Seseorang yang taat kepada perintah-perintah manusia, walaupun diturunkan kepada tua-tua terdahulu, ialah sia-sia. Yang membuat ritual agama sah bukanlah hal lahiriah, melainkan betapa dekatnya qalbunya/hatinya kepada Allah saat beribadah, yaitu, hal batiniah. Bukan apa yang masuk dalam mulutnya yang menajiskan qalbunya, melainkan qalbu yang tidak bersih itu yang menajiskan mulut, walaupun dia rajin dan taat beribadah. Ibadah yang hakiki mulai dari niat hati yang tulus dan ikhlas.


KSI, Surat Marqus

7:1Kemudian orang-orang dari mazhab Farisi dan beberapa ahli Kitab Suci Taurat yang datang dari Yerusalem berkumpul di dekat Isa. Mereka melihat beberapa pengikut-Nya makan dengan tangan yang najis, yaitu tangan yang belum dibasuh. Orang-orang dari mazhab Farisi dan orang-orang Israil lainnya tidak akan makan jika mereka belum membasuh tangan mereka sampai ke bagian siku; hal itu sesuai dengan ajaran para tua-tua terdahulu. Sepulang dari pasar pun mereka tidak akan makan jika mereka belum membasuh diri. Selain itu masih banyak lagi hal lain yang mereka taati, misalnya hal mencuci mangkuk, cawan, dan juga perkakas-perkakas tembaga. Itulah sebabnya orang-orang dari mazhab Farisi dan ahli-ahli Kitab Suci Taurat itu bertanya kepada-Nya, "Mengapa para pengikut-Mu tidak hidup menurut ajaran yang diwariskan para tua-tua terdahulu, melainkan makan dengan tangan yang najis?" Sabda Isa kepada mereka, "Memang pantas apa yang telah dinubuatkan Nabi Yasyaya mengenai kamu, hai orang-orang munafik! Sebagaimana telah tersurat,

'Bangsa ini menghormati Aku dengan ucapan mulutnya, tetapi hatinya jauh dari Aku.

7Sia-sia saja mereka menyembah Aku, karena mereka mengajarkan ajarannya sendiri, yaitu perintah-perintah manusia.'

Kamu meninggalkan perintah-perintah Allah dan berpegang pada ajaran manusia."

Kemudian sabda Isa kepada mereka, "Kamu mengesampingkan perintah-perintah Allah supaya kamu dapat memelihara ajaranmu sendiri. Karena Nabi Musa mengajarkan, 'Hormatilah ayah dan ibumu,' dan, 'Barangsiapa mengucapkan hal yang buruk kepada ayah atau ibunya, ia patut dihukum mati.'

Tetapi kamu mengajarkan: Jika seseorang berkata kepada ayah atau ibunya, 'Nafkah yang seharusnya ayah atau ibu terima dari aku telah kupersembahkan sebagai kurban kepada Allah,' maka kamu tidak lagi membiarkannya berbuat sesuatu kepada ayah dan ibunya. Jadi dengan ajaran warisan yang kamu pegang itu, kamu telah membuat Firman Allah tidak lagi berlaku. Masih banyak perkara serupa itu yang kamu perbuat."

Kemudian kembali Isa memanggil orang banyak itu dan bersabda, "Dengarlah dan pahamilah: Tidak ada satu pun yang masuk ke dalam diri seseorang dari luar dapat menajiskannya, melainkan apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya." [ Barangsiapa bertelinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!]

Setelah Isa meninggalkan orang banyak itu, masuklah Ia ke sebuah rumah. Kemudian para pengikut-Nya bertanya kepada-Nya mengenai ibarat itu. Sabda Isa kepada mereka, "Masih belum mengertikah kamu? Tidakkah kamu paham bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam diri seseorang dari luar tidak dapat menajiskannya, sebab bukan masuk ke dalam hati, melainkan ke dalam perut lalu dibuang di jamban?" Dengan demikian Isa menyatakan bahwa semua makanan halal. Sabda-Nya selanjutnya, "Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya. Karena dari dalamlah, yaitu dari hati orang, timbul pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinaan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujahan, kesombongan, kebebalan. Segala hal yang jahat itu timbul dari dalam hati dan menajiskan seseorang."